.
Pada April 2019 lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan pasar buku
pertama di Jakarta yang dinamakan Jakbook. Meskipun ditempatkan di Pasar,
Jakbook tidak kalah berkelas dengan toko buku kelas atas.
Saya mendapat rekomendasi tempat
tersebut melalui twitter dan memutuskan
untuk pergi ke Jakbook. Setelah sampai, hal pertama yang saya liat adalah
poster-poster mengenai jakbook yang dipasang di depan Pasar Kenari. Gedung
pasar tersebut bahkan ditempeli gambar
yang menampilkan buku-buku padahal Pasar Kenari sendiri lebih dikenal dengantoko
elektronik dan listrik. Ketika masuk ke dalam pasar saya bisa langsung melihat
beragam toko yang menjual keperluan listrik.
“Jakbook di lantai 3 kak, naik aja. Tangganya di sebelah kanan” jelas
laki-laki tersebut saat saya tanyai di mana letak Jakbook. Saya kemudian jalan
mengikuti instruski yang tadi diberitahukan. Seperti pasar pada umumnya, di
sana terasa panas dan lantainya terlihat agak kotor.
Area
Jakbook dibatasi dengan pintu kaca yang harus didorong. Sebelum mendorong pintu
itu saya mengintip dari kaca pintu. Terlihat ada banyak toko buku dan beberapa
orang lalu lalang. Lantainya terlihat bersih dan tidak panas, karena ber-AC. Di
sebelah pojok kanan terdapat kedai kopi
dan tempat duduk.
“Cari
apa, Kak? Lihat-lihat dulu saja ke dalam,” tanya perempuan yang berbaju putih.
Namanya adalah Nasdi. Ia berjualan di sini sudah empat bulan saat pasar buku
ini diresmikan Anies Baswedan. Sebelumnya, ia menjual buku-buku ini di Terminal
Senen. Lapak buku Nasdi ini buka mulai pukul 09.00 hingga 18.00.
Saya
melihat satu per satu buku yang dijual, Nasdi memajang sebagian bukunya dalam
rak besi dan sebagian lagi ia bariskan di lantai dengan alas terpal yang
berwarna biru. Ia menjual buku dari beragam usia, mulai dari anak, pelajar,
hingga mahasiswa. Buku yang dijual juga beragam genre. Ada buku bacaan anak,
politik, hukum, kedokteran, keperawatan, jurnalistik, agama, sastra, sejarah,
dan banyak lagi. Lapak buku Nasdi ini tidak menentu waktu ramainya. Ia
mengatakan terkadang lapaknya ramai, terkadang pula sepi pembeli.
Ia
bertanya, apakah saya seorang mahasiswa dan dari jurusan apa. “Buku jurnalistik
banyak nih, Kak. Kakak carinya yang
apa? Kalau yang ini mau gak?” tanyanya setelah mendengar jawaban saya sambil
menyedorkan dua buku mengenai jurnalistik. Saya pun akhirnya tidak membeli buku
jurnalistik tetapi membeli buku Tan Malaka yang berjudul Aksi Massa. Beberapa waktu yang lalu saya sempat melihat buku ini
di Gramedia dengan bandrol Rp35.000. Di lapak buku Nasdi ini, saya mendapatkan
buku tersebut lebih murah dengan harga Rp20.000. Buku tersebut merupakan buku
bekas. Namun masih sangat bagus dan terlihat seperti baru. Bahkan buku itu
disampul rapi. Nasdi mempersilakan pembeli untuk menawar jika pembeli merasa
harga yang ia ditawarkan belum pas.
Sebelum
berjualan di Jakbook. Nasdi membuka lapak buku di Terminal Senen. Ia mengatakan
lebih senang berjualan di sini karena tidak panas dan tempatnya lebih nyaman
dari Terminal Senen. Di sini, Nasdi dan penjual lainnya hanya perlu membayar
pajak untuk kebersihan per tahun ini. Uang sewa tempat baru akan diberlakukan
mulai tahun depan.
Sambil
menyusuri jalan, saya melihat satu tempat yang bertuliskan Jakmart. Tempat ini seperti
namanya adalah sebuah pasar mini. Barang-barang yang dijual pun sama seperti
barang-barang yang dijual pasar mini pdekat rumah atau pinggir jalan. Saya
membeli air mineral ukuran 600 ml dengan kocek Rp2.500 saja padahal di pasar
mini dan warung di pinggir jalan menjual air mineral tersebut dengan harga
Rp3.000-Rp4.000.
Di
tempat ini juga disediakan tempat bermain untuk anak. Pembeli yang membawa anak
dapat bermain di sini. Beberapa anak
kecil pun terlihat berlari-larian di sekitar tempat tersebut. Selain itu
Jakbook juga memiliki fasilitas ATM Center, ruang laktasi, foodcourt, kedai
kopi, tempat untuk baca, dan ada pula toilet. Toilet di sini bahkan tersedia
khusus untuk difabel. Jika biasanya di tempat umum, utamanya pasar, toilet akan
terlihat kotor dan bau. Namun, di sini tidak. Toiletnya bersih pun tidak bau.
Jika
di sepanjang jalan terdapat penjual buku yang dulunya menjajakan bukunya di
Senen dan Kwitang. Di dalam Jakbook persis sama terlihat seperti toko buku
besar yang ada di pusat perbelanjaan. Di sana bahkan terdapat pula komputer
yang disediakan untuk mencari buku yang hendak kita beli seperti yang ada di
toku buku besar.
Setelah
mendapatkan buku yang diinginkan pembeli bisa duduk-duduk di tempat yang sudah
disediakan sambil memesan kopi kekiniaan di kedai kopi blablabla. Kopi tersebut
dijual mulai dari Rp10.000 hingga Rp15.000. Sambil membaca buku dan menyesap
kopi, pembeli juga dapat melihat padatnya ibu kota dengan melihat pemandang di
luar. Kedai kopi tersebut juag menyetelkan lagu-lagu yang bisa didengarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar