Ilustrasi dari
republika.com
Kekerasan
adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain, menyebabkan kerusakan fisik atau barang lain. Permasalahan
ini dapat terjadi kepada siapa saja dan di mana saja. Kekerasan pun tidak
selalu berkaitan dengan fisik. Kekerasan juga bisa bersifat verbal, seksual,
dan psikologis.
Dalam
sebuah hubungan percintaan yang melibatkan laki-laki dan perempuan, acap kali terjadi
cekcok di antara kedua belah pihak. Baik
itu dalam hubungan perkawinan maupun hubungan dalam berpacaran. Percekcokan ini tidak jarang dilakukan dalam
bentuk kekerasan. Kebanyakan pihak yang menjadi korban kekerasan adalah kaum
perempuan. Meskipun begitu, bukan berarti laki-laki terbebas dari bahaya
kekerasan.
Menurut
Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas
Perempuan, jumlah kekerasan terhadap perempuan
tahun 2017 meningkat sebesar 74% dari tahun 2016. Jumlah kasus kekerasan perempuan pada tahun 2017
sebesar 348.446. Dalam catatan yang dilampirkan oleh Komnas Perempuan,
kekerasan terhadap perempuan paling banyak terjadi di ranah personal, yaitu
dalam hubungan rumah tangga ataupun dalam masa berpacaran.
Bagi
sebagian orang, berpacaran atau memiliki seorang kekasih adalah hal yang lumrah
dilakukan sebelum sepasang insan siap untuk
menjejakan kaki di dunia perkawinan. Meskipun begitu, sebagian lainnya juga
banyak yang memilih untuk menikah terlebih dahulu sebelum menjalani masa
berpacaran.
Dalam
masa berpacaran ini, kekerasan tidak jarang terjadi di sebuah hubungan yang
sedang dijalani. Bentuk kekerasannya pun beragam, mulai dari kekerasan verbal,
kekerasan fisik, kekerasan psikis ataupun kekerasan seksual. Komnas Perempuan
menyampaikan dalam CATAHU, sebanyak 1.873 perempuan mengalami kekerasan dalam pacaran.
Tingginya jumlah kasus kekerasan ini, menjadi momok tersendiri bagi perempuan
dalam mendapatkan kehidupan yang aman.
Samsara
–nama panggilan– (20 Tahun) pernah mendapatkan kekerasan yang
dilakukan oleh kekasihnya saat itu semasa mereka berpacaran. Samsara dan Coki telah menjalin asmara selama 2 tahun lamanya. Pada
awal masa mereka berpacaran, Coki tidak pernah berlaku aneh atau berbuat tidak
menyenangkan.
Setelah
melewati masa pacaran selama sekian bulan. Samsara memergoki Coki mempunyai hubungan
dengan perempuan lain. Saat mengetahui itu, Samsara langsung mengutarakan
kekecewaannya pada Coki. Hal itu sontak menimbulkan kecekcokan di anatara
mereka. Tidak terima dengan ucapan Samsara, Coki malah membentaknya seolah ia
tidak melakukan kesalahan. Tak hanya sampai di situ saja, percekcokan di antara mereka bertambah
dahsyat sampai kemudian Coki menampar wajahnya.
Hari itu tak akan pernah bisa ia
lupakan, Samsara tidak pernah membayangkan akan mendapat perlakuan seperti itu. Coki pun lalu langsung meminta maaf kepadanya. Berkat bujuk rayu sang
kekasih, Samsara pun memafkannya dengan dalih Coki tidak akan mengulanginya
kembali. Setelah kejadian itu, Coki kian
berlaku tidak menyenangkan. Ia akan marah kepada Samsara, apabila gadis itu
tidak memebalas pesannya bahkan jika telat membalasnya sekali pun. Coki akan
menghujaninya dengan puluhan pesan dan panggilan masuk. Samsara pun merasa kian
risih dengak sikap pacarnya ini. “Kalau saya telat bales chatnya dia bisa langsung marah sambil nge-chatin dan teleponin saya
puluhan kali,” ungkap Samsara sembari mengenang masa kelamnya.
Lebih
dari itu, Coki bahkan melarang Samsara umtuk berteman dengan laki-laki lain.
Pernah suatu ketika Samsara sedang berbicara dengan teman laki-lakinya yang
sebut saja bernama Andra. Coki yang
melihat mereka sedang berbincang-bincang pun langsung naik pitam hingga
membentak dan menarik tangannya dengan
sangat kasar. Padahal saat itu mereka sedang berada di tempat umum karena
tangannya terasa begitu sakit ia lalu memohon kepada Coki untuk segera melepaskan cengkramannya.
“Lepasin aku tolong Ki!” ucap Samsara mengulangi perkataan yang ia ucapkan
persis seperti saat itu. Samsara mengatakan sambil mengingat kejadian silam,
“Kami sering bertengkar di tempat umum. Dia gak
akan mikir dua kali untuk ngebentak
atau ngasarin aku, meskipun saat itu
ada banyak orang di sana.”
Samsara
kian merasa takut akan sikap Coki yang terlalu emosional atau kelewat posesif.
Ia merasa tidak bisa menajalankan kehidupannya dengan bebas karena selalu berada di bawah tekanan
kekasihnya saat itu. Selain emosional
dan posesif, Samsara juga mengungkapkan bahwa Coki selalu merasa curiga dan tak
pernah mempercayainya. Waktu itu Ia mengatakan pada Coki bahwa ia tidak berada
di rumahnya karena sedang pergi bersama Ibunda. Mendapat pesan seperti itu,
Coki langsung mendatangi rumahnya untuk memastikan apakah ia benar-benar pergi
atau tidak. Tak lama dari itu Samsara mendapatkan banyak pesan darinya yang mengatakan
bahwa ia sedang berbohong karena menurut Coki ia melihat Samsara sedang berada
di depan rumah. Padahal Samsara sedang tidak di rumah dan kemungkinan yang Coki
lihat adalah kakaknya. Mereka kemudian kembali bertengkar, kali ini bahkan Coki
tidak segan menghujaninya dengan kata-kata kotor.
Coki
semakin kasar dan menjadi-jadi. Selama berbulan-bulan Samsara berada dalam
tekanan dan menjadi depresi. Saat kejadiaan itu berlangsung ia bahkan tidak
berani menceritakan apa yang ia alami kepada orang lain termasuk kepada ibunya.
Ia menyimpan permasalahannya sendiri karena takut. Setelah berperang cukup lama
dengan pikirannya, Samsara akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya
dengan Coki. Bahkan setelah hubungan mereka berakhir, Samsara mengalami trauma
yang cukup berat.
Melihat
perubahan perilaku putrinya, Maria, ibu Samsara, mendesaknya untuk bercerita
kepadanya. Cukup bimbang, Samsara akhirnya menceritakan permasalahan tersebut
kepada ibunya. Mendengar anaknya disakiti bahkan hingga melukai fisik, Maria
marah bukan kepalang , ia mengenal Coki sebagai kekasih anaknya tapi tidak tahu
dan tidak akan menyangka laki-laki tersebut akan melakukan kekerasan terhadap
putrinya. Maria menita Samsara untuk mempertemukannya dengan Coki. “Suruh Coki
ketemu Ibu! beraninya dia ngasarin kamu” perintah Maria geram. Namun Samsara
berusaha keras untuk tidak memperpanjang permasalahan ini. Ia pun sudah
berbesar hati untuk memafkaan Coki.
Zahra
Nabila dari Pijar Psikologi mengatakan kemungkinan-kemungkinan alasan seorang
melakukan kekerasan dalam sebuah hubungan adalah kurang mampu bertanggung
jawab, merasa memiliki seseorang tersebut secara penuh sehingga merasa berhak
untuk menyakiti dan trauma yang belum terselaikan.
Kekerasan
dalam sebuah hubungan semakin meningkat, permasalahan ini terus menjadi momok
terutama bagi perempuan. Untuk kita harus mempelajari bagaiaman penanganan atau
apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami kekerasan, dan jangan takut
untuk bercerita kepada orang lain. Jika Anda memiliki teman atau mengenal
sesorang yang mengalami kekerasan dukung orang tersebut dan ajak mereka bicara.
Apabila Anda mengalami kekerasan
atau mengetahui kekerasan terjadi di sekitarmu, ajak korban agar berani melaporkan
kasusnya. Silakan datang ke Kantor Komnas Perempuan di Jalan Latuharhary, No.4B, RT.1/RW.4, Menteng, Jakarta Pusat atau hubungi melalui telepon 021-3903963 atau 021-80305399, bisa juga surel mail@komnasperenpuan,go.id